Penulis: Dr. Rusmana Wijaya Setia Ningrat
Dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Pakan adalah faktor kunci dalam peternakan, terutama untuk kambing Peranakan Ettawa (PE) yang terkenal dengan produksi susunya. Di Indonesia, peternak sering menghadapi masalah dalam mendapatkan pakan hijauan berkualitas sepanjang tahun. Untuk mengatasi tantangan ini, inovasi dalam penggunaan limbah pertanian sebagai pakan alternatif sangat penting. Salah satu limbah yang berpotensi adalah limbah sereh wangi (Cymbopogon nardus), sebagaimana yang diteliti oleh Ningrat et al. (2024). Mereka meneliti dampak penggunaan limbah sereh wangi yang telah mengalami proses amoniasi sebagai substitusi pakan hijauan terhadap kecernaan nutrien dan performa kambing PE.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan beberapa kambing PE yang dibagi ke dalam kelompok perlakuan berbeda. Setiap kelompok diberi pakan dengan proporsi yang berbeda antara pakan hijauan konvensional dan limbah sereh wangi amoniasi. Limbah sereh wangi dikumpulkan dan diolah melalui proses amoniasi dengan penambahan urea, kemudian disimpan dalam kondisi anaerob selama beberapa minggu. Proses ini bertujuan untuk memecah lignin dalam serat tanaman, sehingga lebih mudah dicerna oleh ternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian pakan hijauan dengan limbah sereh wangi amoniasi memberikan efek positif yang signifikan. Kambing yang diberi pakan substitusi menunjukkan peningkatan kecernaan protein dan serat kasar. Ini terjadi karena proses amoniasi meningkatkan ketersediaan nutrien dalam limbah sereh wangi. Selain itu, performa produksi susu kambing PE juga meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Produksi susu harian dan kandungan nutrisi dalam susu seperti protein dan lemak menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Limbah sereh wangi mengandung komponen yang bermanfaat dalam meningkatkan kecernaan pakan secara keseluruhan. Proses amoniasi efektif dalam memecah struktur lignoselulosa yang kompleks dalam serat tanaman, membuatnya lebih mudah dicerna oleh mikroba dalam rumen kambing. Penggunaan limbah ini juga memberikan keuntungan ekonomis bagi peternak karena ketersediaan dan biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan pakan komersial.
Penggunaan limbah sereh wangi amoniasi sebagai pakan alternatif juga berkontribusi terhadap pengelolaan limbah pertanian yang lebih baik. Limbah yang biasanya dibuang atau dibakar kini dapat dimanfaatkan sebagai pakan bergizi, mengurangi pencemaran lingkungan dan mendukung praktik pertanian berkelanjutan.
Namun, penting untuk memperhatikan proses amoniasi agar dilakukan dengan benar. Penggunaan urea dalam proses ini harus dikontrol agar tidak meninggalkan residu yang berlebihan dalam pakan. Proporsi pemberian pakan juga harus disesuaikan untuk memastikan keseimbangan nutrisi dan kesehatan ternak tetap terjaga.
Penelitian oleh Ningrat et al. (2024) membuktikan bahwa penggunaan limbah sereh wangi amoniasi sebagai pengganti pakan hijauan pada kambing PE efektif dalam meningkatkan kecernaan nutrien dan performa produksi susu. Limbah sereh wangi amoniasi dapat menjadi alternatif pakan yang ekonomis dan berkelanjutan bagi peternak kambing perah, mendukung produksi susu optimal serta pengelolaan limbah pertanian yang lebih baik.
Pemanfaatan limbah sereh wangi ini menawarkan solusi inovatif bagi peternak di Indonesia dalam mengatasi kendala ketersediaan pakan hijauan. Dengan pengelolaan yang tepat, limbah ini tidak hanya meningkatkan produktivitas ternak tetapi juga mendukung praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan limbah sereh wangi amoniasi sebagai pakan ternak merupakan langkah inovatif yang dapat meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan dalam peternakan kambing perah di Indonesia.
Referensi:
Ningrat RWS, Zain M, Elihasridas, Erpomen, Negara W, Putri EM, Pazla R, Shafura PO, Amanah U. 2024. The effect of ammoniated cymbopogon nardus waste as forage substitution on nutrient digestibility and performance of Ettawa crossbreed dairy goat. International Journal of Veterinary Science 13(3): 328-333. https://doi.org/10.47278/journal.ijvs/2023.105