Penulis: Ikhwan Arief, S.T.,M.Sc
(Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Seminar (PPJS) LPPM Universitas Andalas)
Jurnal internasional adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia akademik. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan jurnal internasional? Apakah sebuah jurnal otomatis menjadi internasional hanya karena mencantumkan kata “internasional” pada namanya? Jawabannya tentu tidak sesederhana itu. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai apa yang menjadikan sebuah jurnal benar-benar bersifat internasional, terutama dalam konteks pengindeksan di basis data global seperti DOAJ, Scopus, dan Web of Science (WoS).
Jurnal internasional, dalam konteks pengindeksan di basis data global, merujuk pada jurnal yang melibatkan penulis dan dewan redaksi dari berbagai negara, dengan diversifikasi geografis yang nyata. Artinya, jurnal tersebut tidak hanya berfokus pada satu negara atau wilayah tertentu, melainkan menarik kontribusi dari peneliti dan akademisi di berbagai belahan dunia. Dewan redaksi, yang bertanggung jawab atas kualitas dan integritas ilmiah jurnal tersebut, juga harus terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai negara. Keberagaman ini tidak cukup hanya tercermin dalam nama-nama anggota; mereka harus benar-benar terlibat aktif dalam proses editorial, seperti menilai manuskrip dan mengambil keputusan kebijakan.
Diversifikasi geografis dalam jurnal internasional adalah elemen kunci yang menunjukkan bahwa jurnal tersebut memiliki cakupan dan pengaruh yang luas. Jurnal yang hanya menarik penulis dari satu negara cenderung menjadi terlalu lokal dan kurang relevan bagi komunitas ilmiah internasional. Sebaliknya, jurnal yang menarik kontribusi dari penulis di berbagai negara, seperti dari Eropa (Inggris, Jerman), Asia (Jepang, India), Amerika Utara (Amerika Serikat, Kanada), Afrika (Afrika Selatan, Nigeria), dan Amerika Latin (Brasil, Argentina), menunjukkan bahwa topik yang diangkat memiliki relevansi dan dampak yang lebih luas.
Tidak hanya penulis, anggota dewan redaksi juga harus mencerminkan diversifikasi ini. Misalnya, dewan redaksi yang terdiri dari editor dari Asia (China, Korea Selatan), Eropa (Prancis, Italia), Amerika Utara dan Selatan (Amerika Serikat, Meksiko), Afrika (Mesir, Kenya), dan Oseania (Australia, Selandia Baru) akan lebih mampu mengelola jurnal dengan perspektif global. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas dan objektivitas jurnal, tetapi juga memperkuat kredibilitasnya di mata pembaca internasional.
Selain diversifikasi geografis, konten yang diterbitkan dalam jurnal internasional harus memiliki relevansi global. Artinya, artikel yang diterbitkan tidak hanya membahas isu-isu yang bersifat lokal, tetapi juga topik-topik yang dapat diterapkan atau berdampak pada komunitas global. Jurnal yang relevan secara global mampu menarik minat pembaca dari berbagai negara dan menjadi referensi penting di bidangnya.
Selain itu, jurnal internasional harus dikelola sesuai dengan standar etika yang diakui secara internasional, seperti yang ditetapkan oleh COPE (Committee on Publication Ethics). Penerapan standar etika ini memastikan bahwa proses editorial dijalankan dengan transparansi, integritas, dan menghormati hak-hak penulis serta reviewer. Pengelolaan yang etis juga mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan, seperti plagiarisme atau manipulasi data, yang dapat merusak reputasi jurnal.
Diversifikasi dan relevansi global tidak hanya memperluas cakupan dan pengaruh jurnal, tetapi juga meningkatkan peluang jurnal untuk diindeks di basis data global seperti DOAJ, Scopus, dan Web of Science. Basis data ini memprioritaskan jurnal yang memiliki kontribusi signifikan bagi komunitas ilmiah internasional. Ketika sebuah jurnal diindeks dalam basis data global, jurnal tersebut akan lebih mudah diakses oleh peneliti di seluruh dunia, yang pada akhirnya meningkatkan visibilitas dan sitasi artikel-artikel yang diterbitkan.
Salah satu kesalahpahaman yang sering terjadi adalah anggapan bahwa menambahkan kata “internasional” pada nama jurnal otomatis menjadikannya jurnal internasional. Pada kenyataannya, label tersebut tidak memiliki makna signifikan jika jurnal tersebut tidak memenuhi kriteria yang telah disebutkan di atas. Sebuah jurnal hanya dapat dianggap sebagai jurnal internasional jika benar-benar melibatkan penulis dan dewan redaksi dari berbagai negara, menerbitkan konten yang relevan secara global, dan dikelola dengan standar etika yang ketat. Tanpa memenuhi kaidah-kaidah ini, meskipun menggunakan label “internasional,” jurnal tersebut belum tentu diakui sebagai jurnal internasional oleh basis data global seperti DOAJ, Scopus, atau Web of Science.
Jurnal internasional memainkan peran yang sangat penting dalam dunia akademik karena mereka menjadi wadah untuk pertukaran pengetahuan dan ide di antara peneliti dari berbagai belahan dunia. Agar diakui sebagai jurnal internasional, sebuah jurnal harus melibatkan penulis dan dewan redaksi dari berbagai negara, memastikan bahwa proses editorialnya mencerminkan perspektif global. Selain itu, konten yang diterbitkan harus relevan untuk audiens internasional dan dikelola sesuai dengan standar etika yang ketat, seperti yang diatur oleh COPE.
Diversifikasi ini tidak hanya memperluas pengaruh jurnal, tetapi juga meningkatkan peluang jurnal untuk diindeks di basis data global seperti DOAJ, Scopus, dan Web of Science. Oleh karena itu, penting bagi jurnal untuk tidak hanya mengandalkan label “internasional” pada namanya, tetapi benar-benar memenuhi standar dan kriteria yang diakui secara global. Dengan demikian, jurnal tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di tingkat internasional, sekaligus memperkuat reputasinya di kancah global.