Kategori: Artikel
Published June 12, 2024

Penulis: Prof. Dr. Ir. Aswaldi Anwar, MS
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Banyak orang yang sudah mengenal kata andalas, namun tidak banyak yang mengenal pohon andalas. Sekilas marilah kita kenali pohon asli pulau Sumatera ini yang namanya pernah digunakan sebagai nama pulau Sumatera dan sekarang salah satunya diabadikan sebagai nama sebuah Universitas tertua di pulau Sumatera, Universitas Andalas.

Pohon andalas dalam bahasa ilmiah dikenal dengan Morus macroura. Miq. Tiga huruf terakhir Miq. menandakan bahwa yang menetapkan nama tersebut adalah Miquel, lengkapnya Friedrich Anton Wilhelm Miquel pada pertengahan abad ke 19.  Salah satu informasi penting yang disampaikannya adalah pohon ini pertama sekali diidentifikasi ada di pulau Sumatra.  Sementara itu, bagi masyarakat Minangkabau cerita tentang andalas ini terkait dari penyebaran penduduk dari awal keberadaan mereka di Pariangan ke berbagai lokasi di sekitar G. Marapi, salah satunya ke satu lokasi yang sekarang bernama nagari Andaleh di Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Pohon ini kemungkinan besar pada zamannya cukup berperan dalam kehidupan masyarakat Minang masa lampau, setidaknya ini dibuktikan dengan adanya nama Andaleh di setiap luak nan tuo, Andaleh dan Andaleh Baruah Bukik di Luak Tanah Data (Kabupaten Tanah Datar). Andaleh di Kecamatan Luhak, Luak 50 (kabupaten 50 Kota) dan jorong Andaleh di Nagari Tigo Balai, kecamatan Matur Luak Agam (Kabupaten Agam). Salah satu pohon tertua dan terbesar masih dapat ditemukan di nagari Andaleh Kecamatan Batipuh. Sementara beberapa pohon tua lainnya dapat ditemukan di kaki G. Kerinci, tepatnya di TNKS di wilayah Solok Selatan.  Secara keseluruhan jumlahnya sudah sangat berkurang dan nyaris mengalami kelangkaan.

Upaya penyelamatan dengan cara menanam kembali pohon ini telah pernah dilakukan berbagai pihak dan salah satu upaya terbesar sudah dilakukan Universitas Andalas bekerja sama denga BP DAS Agam Kuantan pada tahun 2006-2007. Pada waktu itu, dipercayakan kepada tim dari Universitas Andalas (Jurusan BDP di Faperta dan Jurusan Biologi FMIPA) untuk mempelajari dan menyediakan bibit pohon andalas sebanyak lebih kurang 50.000 batang. Alhamdulillah pada tahun 2007 sudah berhasil ditanam sebanyak 44.000 batang bibit pohon andalas bekerja sama dengan BP DAS Agam Kuantan dan masyarakat di kanagarian Singgalang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.  Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu kawasan penyangga aliran sungai dari sekitar G. Singgalang dan Tandikat menuju ke Lembah Anai. Sayangnya, dari pengamatan kami beberapa tahun terakhir sebagian besar bibit yang ditanam tersebut tidak terpelihara dengan baik bahkan sebagian besar sudah kembali menjadi kawasan yang ditanami dengan tanaman muda dan pertanian intensif lainnya sehingga fungsinya sebagai kawasan penyangga dan konservasi tidak dapat diharapkan lagi.

Jika kita perhatikan dengan seksama, pohon ini sangat cocok dijadikan sebagai tanaman konservasi. Perakarannya yang dalam dan kuat dapat mencegah terjadinya longsong di daerah-daerah dengan kemiringan yang tinggi. Daunnya yang rimbun akan menyumbangkan oksigen yang berlimpah untuk makhluk hidup disekitarnya, menyeimbangkan karbondioksida yang ada di udara dan mengundang berbagai jenis hewan lainnya untuk hidup berdampingan seperti beberapa jenis burung dan serangga, khususnya pada saat pohon ini berbunga dan berbuah, setidaknya sekali dalam setahun.  Uniknya, pohon ini akan menggugurkan daunnya sebelum memasuki fase generatif.  Seakan-akan memasuki musim gugur di daerah dengan empat musim. Sayangnya, musim menggugurkan daun ini tidak serempak, berbeda antara satu pohon dengan pohon lainnya walau di lokasi yang berdekatan. Musim menggugurkan daun ini juga berbeda antara pohon jantan dan betina.

Hasil pengamatan kami bertahun-tahun membuktikan bahwa pohon andalas tergolong dioeceus (berumah dua), artinya pohon ini dengan jelas dapat kita bedakan atas pohon yang hanya menghasilkan alat reproduksi (bunga) betina saja dan pohon yang menghasilkan hanya bunga jantan saja.  Pohon andalas tertua yang ada di nagari Andaleh, Kecamatan Batipuah adalah pohon jantan yang hanya menghasilkan bunga jantan setiap musimnya. Dapat dimaklumi mengapa di bawah pohon tersebut tidak pernah ditemukan adanya anakan andaleh, padahal setiap musim berbunga ada jutaan bunga yang gugur. Bunga yang gugur tersebut adalah bunga jantan dan tidak pernah menghasilkan biji. Sementara itu, di beberapa lokasi ditemukan pohon betina, namun juga jarang ditemukan adanya anakan yang tumbuh di sekitarnya. 

Melalui beberapa rangkaian penelitian yang kami lakukan, ternyata buah andalas yang gugur dari pohon andalas betina mengandung senyawa penghambat perkecambahan sehingga dibutuhkan upaya membuang terlebih dulu senyawa yang ada di kulit buah tersebut, setelah itu baru benihnya dapat berkecambah. Secara alamiah proses tersebut berlangsung melalui terbawanya untaian buah tersebut bersama aliran permukaan saat hujan turun, selama proses tersebut kulit buah akan terkelupas dan senyawa penghambatpun berkurang dan akhirnya biji andalas terdampar di tepi sungai atau di pinggir tebing dan mulai berkecambah. Dengan demikian dapat dimaklumi pohon-pohon ini sering ditemukan di daerah aliran sungai atau di tebing-tebing yang cukup terjal.

Mengingat populasi pohon ini semakin menyusut dan fungsinya yang cukup potensial, termasuk sebagai bahan bangunan dan furniture sudah selayaknya kita kembali berupaya untuk menyelamatkan pohon asli pulau Sumatera ini. Teknologi perbanyakannya sudah kita pahami dan siap untuk diaplikasikan dalam skala yang lebih luas.

Bahan Bacaan.

Anwar, Aswaldi. 2014. Andalas: Pohon Asli Sumatera yang Terlupakan. Andalas University Press.

Miquel, Friedrich Anton Wilhelm (1851). “Moreae”. Plantae junghuhnianae :enumeratio plantarum, quas, in insulis Java et Sumatra /Detexit Fr. JunghuhnPlantae Junghuhnianae. Vol. 1. p. 42doi:10.5962/bhl.title.388.