Integritas penelitian merupakan fondasi kepercayaan publik terhadap sains dan pendidikan tinggi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya kasus retraction, paper mill, dan publikasi di jurnal bermasalah telah menimbulkan tantangan serius bagi tata kelola riset global. Menjawab persoalan ini, Profesor Lokman Meho dari American University of Beirut, memperkenalkan sebuah metrik baru yaitu Indeks Risiko Integritas Penelitian atau Research Integrity Risk Index (RI²).
Berbeda dengan sistem peringkat tradisional yang menekankan volume publikasi dan visibilitas sitasi, RI² memfokuskan diri pada indikator yang sensitif terhadap integritas dan tahan terhadap manipulasi bibliometrik.
Konsep Dasar RI²
RI² merupakan indeks komposit berbasis bukti empiris yang mengukur risiko integritas penelitian di tingkat institusi. Metrik ini dibangun dari tiga komponen utama:
1. Delisted Journal Risk (D-Rate)
Mengukur proporsi artikel sebuah institusi yang dipublikasikan di jurnal yang kemudian dihapus (delisted/discontinued) dari Scopus atau Web of Science.
Jurnal bermasalah biasanya menunjukkan tanda peringatan sebelum dikeluarkan, seperti peer review yang terlalu cepat, transparansi editorial rendah, atau praktik promosi agresif.
2. Retraction Risk (R-Rate)
Menghitung jumlah artikel yang ditarik kembali (retracted) per 1.000 publikasi.
Retraction seringkali terjadi karena peer review palsu, hasil tidak dapat direplikasi, paper mill, hingga konten buatan AI.
3. Self-Citation Risk (S-Rate)
Mengukur proporsi sitasi yang berasal dari institusi yang sama.Tingkat self-citation yang terlalu tinggi bisa menandakan praktik manipulasi untuk meningkatkan peringkat.
Ruang Lingkup: Hanya Publikasi Jurnal Scopus/WoS
Sangat penting ditekankan bahwa RI² hanya menghitung risiko berdasarkan artikel ilmiah (articles & reviews) yang terbit di jurnal terindeks Scopus dan Web of Science.
Untuk saat ini, RI² belum memasukkan karya akademik lain seperti:
- Hak cipta (copyright)
- Paten
- Desain industri
- Merek dagang
- Kekayaan intelektual lainnya
Dengan demikian, tidak benar jika ada yang mengaitkan RI² dengan HKI seperti paten atau hak cipta. RI² sepenuhnya berfokus pada publikasi ilmiah di jurnal Scopus/WoS, bukan pada keluaran riset non-publikasi.
Metodologi dan Normalisasi
Data dihimpun dari artikel dan review yang diterbitkan 2023–2024 dan terindeks Scopus. Indikator dinormalisasi berdasarkan OECD Fields of Science (STEM, Medical and Health Sciences, Multidisiplin).
Skor akhir RI² adalah rata-rata aritmetik sederhana dari ketiga komponen (D-Rate, R-Rate, S-Rate).
Benchmarking Global dan Kategori Risiko
Institusi kemudian dikategorikan ke dalam 5 tier risiko:
- Red Flag (>=95th percentile): risiko integritas sistemik, anomali ekstrem.
- High Risk (>=90 dan <95th): deviasi signifikan dari norma global.
- Watch List (>=75 dan <90th): risiko sedang, potensi masalah mulai muncul.
- Normal Variation (>=50 dan <75th): masih dalam variasi wajar global.
- Low Risk (<50th): kepatuhan kuat pada norma integritas publikasi.
Implikasi
RI² menegaskan bahwa evaluasi riset harus menekankan integritas, bukan sekadar visibilitas sitasi. Dengan indikator berbasis publikasi ilmiah, RI² memberikan:
- Alat diagnosis dini bagi universitas untuk mengidentifikasi kerentanan struktural.
- Parameter objektif bagi lembaga akreditasi dan pembuat kebijakan.
- Klarifikasi penting bahwa RI² untuk saat ini tidak ada kaitannya dengan hak cipta, paten, maupun bentuk HKI lain.
Kesimpulan
Research Integrity Risk Index (RI²) adalah instrumen baru yang berfokus pada publikasi ilmiah di Scopus/WoS. Dengan tiga indikator utama (D-Rate, R-Rate, S-Rate), RI² menyajikan gambaran risiko integritas yang lebih obyektif. Namun, saat ini, RI² tidak relevan untuk menilai HKI (hak cipta, paten, desain industri, dsb.). Oleh karena itu, setiap interpretasi yang mengaitkan RI² dengan produk non-publikasi adalah keliru.
Walaupun RI² ini menuai kontroversi. Hasil dari RI² dapat menjadi momentum bagi kampus di Indonesia untuk memperbaiki integritas akademiknya.
Sumber:
https://sites.aub.edu.lb/lmeho/ri2/methodology/
Penulis Marzuki (Departemen Fisika Universitas Andalas), artikel ini ditulis dengan bantuan AI.