Penulis: Marzuki (Dosen Departemen Fisika, Universitas Andalas)
Sitasi atau kutipan adalah penyebutan karya orang lain dalam sebuah tulisan. Setiap kali mengutip karya orang lain dalam tulisan maka wajib bagi kita menyebutkan sumber utama dari informasi tersebut. Dengan jalan itu, kita memberi tahu pembaca bahwa sebagian informasi dalam karya kita berasal dari karya orang lain. Sitasi sangatlah penting, bagian dari etika ilmiah, memberikan penghargaan kepada orang lain yang telah menginvestasikan sumber dayanya untuk melakukan penelitian dimana kita mengambil manfaat darinya.
Sitasi bukanlah hal yang baru. Sejarah sitasi sangat erat kaitannya dengan sejarah karya tulis dan penyebaran ilmu pengetahuan. Hal yang baru adalah perhitungan jumlah sitasi, yang muncul seiring dengan munculnya Citation Metrics. Dari jumlah sitasi kemudian muncul parameter baru terkait karya ilmiah seperti Impact factor, h-index, Cite score, dan SCImago Journal Rank. Semua parameter ini kemudian digunakan untuk pemeringkatan jurnal, peneliti bahkan universitas. Misalnya, QS World University Rankings menetapkan 20% penilaian berasal dari rasio sitasi per dosen (Citations per Faculty). Dengan meningkatnya pemanfaatan jumlah sitasi, maka jumlah sitasi dianggap penting pada hari ini.
Jumlah sitasi tidak serta merta menjadi ukuran kualitas sebuah penelitian karena jumlah sitasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari sisi artikel, penerbit dan penulis itu sendiri. Walaupun demikian, jumlah sitasi dapat menjadi ukuran dampak ilmiah dari sebuah karya, seberapa besar karya kita dijadikan rujukan oleh orang lain.
Lantas, bagaimana caranya agar artikel yang dihasilkan memiliki jumlah sitasi yang tinggi? Berikut ini kami jelaskan beberapa hal yang dapat meningkatkan jumlah sitasi karya ilmiah, diambil dari beberapa sumber [1-5] dan pengalaman pribadi.
Lakukan penelitian berkualitas tinggi dan menarik bagi komunitas global
Cara terbaik untuk mendapatkan sitasi tinggi adalah dengan melakukan penelitian berkualitas tinggi. Artikel yang bermutu, diawali oleh penelitian yang bermutu. Karya yang berkualitas tinggi, inovatif, dan relevan dengan kondisi saat ini dan masa depan, akan menarik perhatian dan pengakuan dari peneliti lain. Ketika menulis sebuat artikel untuk jurnal, maka perlu dipertimbangkan siapa yang akan jadi pembaca artikel tersebut. Semakin luas calon pembacanya, maka semakin besar potensi untuk disitasi. Oleh karena itu, tulislah artikel yang dapat menarik banyak pembaca. Riset terkait isu lokal, masih mungkin untuk banyak disitasi selama kita mampu mengaitkannya dengan isu global misalnya dengan isu Sustainable Development Goals (SDGs). Yang pasti, sebuah artikel dari penelitian yang bermutu dan relevan untuk masa yang lama, akan disitasi dalam masa yang lama pula sehingga jumlah sitasinya akan tinggi.
Terbitkan pada jurnal bereputasi dan relevan
Setiap bidang memiliki jurnal-jurnal yang menjadi kiblat para peneliti. Menerbitkan artikel pada jurnal tersebut akan memiliki potensi besar untuk disitasi. Selain Jurnal Quartile (Q) dan journal impact factor (JIF), pastikan bahwa jurnal tersebut betul-betul relevan dengan topik riset kita. Jadi, tidak asal Q dan JIF-nya tinggi. Di Indonesia, kemungkinan “asal terbit” ini bisa saja terjadi, terutama untuk memenuhi luaran penelitian yang sering kali waktunya sangat singkat. Relevansi jurnal sering kali diabaikan, asalkan syarat Q dan JIF terpenuhi, sehingga luaran penelitian menjadi valid. Kadang “asal terbit” bisa juga terjadi untuk memenuhi syarat kelulusan mahasiswa bimbingan. Kalau sudah “asal terbit” begini, artikel berpotensi akan memiliki dampak ilmiah yang rendah dan minim sitasi.
Promosikan artikel/hasil riset
Hasil riset juga perlu diperkenalkan dan dipromosikan. Riset yang hebat tetapi tidak dipromosikan, maka tidak akan diketahui oleh orang. Oleh karena itu, setelah sebuah artikel diterbitkan di jurnal, maka bagikanlah artikel/linknnya ke sosial media seperti Facebook, X, Instagram, Academia, ResearchGate, dll. Memang tidak ada jaminan artikel yang dibagikan ke social media akan punya sitasi tinggi, tetapi yang jelas artikel tersebut akan diakses dan dibaca oleh lebih banyak orang [5].
Selain itu, menulis daftar publikasi beserta linknya di halaman profil kita pada website universitas juga akan sangat membantu memperkenalkan karya dan kepakaran kita. Di kampus-kampus maju, apa lagi di luar negeri, semua dosen punya halaman profil lengkap dengan berbagai informasi termasuk riset dan publikasi, walaupun hal ini belum dianggap penting di sebagian universitas.
Selain promosi di media sosial, mempresentasikan hasil riset di konfrensi juga bagian promosi untuk membuat penelitian kita lebih dikenal. Hadir di konfrensi juga bisa menjadi sarana untuk membranding dan memperkenalkan kepakaran kita, semakin pakar kita dipandang orang maka akan semakin ditunggu karya-karya kita. Jadi, ikut konfrensi, tidak hanya untuk menghasilkan prosiding, tetapi lebih untuk mengenalkan dan mempromosikan riset kita serta memperluas jejaring, yang semua itu dapat meningkatkan sitasi artikel kita. Karena itu, tidak heran banyak seminar internasional terutama di luar negeri yang tidak menerbitkan prosiding. Prosiding yang terindek scopus tentu dapat menambah jumlah publikasi. Namun, prosiding juga dapat memberikan dampak negatif bagi rasio sitasi per dosen karena prosiding jarang yang disitasi.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mempromosikan artikel adalah dengan menulis artikel populer. Jumlah pembaca artikel yang terbit dijurnal biasanya lebih sedikit dibandingkan artikel populer. Karena itu, setiap artikel yang terbit di jurnal sebaiknya dibuat bentuk artikel popluernya. Selain itu, menjadi kontributor di Wikipedia sesuai kepakaran kita juga bisa mempromosikan riset, dengan memberikan tautan ke artikel-artikel kita yang telah terbit.
Cara lain untuk mempromosikan riset kita adalah dengan menambahkan link ORCID ke tanda tangan email (email signature). Menampilkan link ORCID di tanda tangan email adalah cara yang efektif untuk membantu orang lain mengetahui lebih banyak tentang kita. Bahkan, beberapa peneliti menambahkan tautan ke makalah penelitian, buku, atau bab buku terbaru mereka pada bagian ini.
Artikel mudah diakses
Jika naskah tidak diterbitkan dalam jurnal akses terbuka (open-access journal), maka letakkan artikel pada repositori universitas. Tentu hal ini perlu mempertimbangkan kebijakan hak cipta dan pengarsipan mandiri (publisher’s copyright dan self-archiving policies) dari naskah yang diterbitkan. Jika naskah lengkap tidak dapat dibagikan secara terbuka, maka setidaknya abstrak artikel tersebut dapat dibuat terbuka bagi publik. Pengarsipan artikel di repositori universitas banyak dilakukan kampus di dunia, karena hal ini juga akan berdampak pada peringkat weibometrik universitas.
Selain repositori, manfaatkanlah layanan pracetak (preprint) untuk merilis artikel lebih awal. Artikel yang telah diserahkan ke repositori pracetak seperti arXiv, bioRxiv, atau medRxiv, akan meningkatkan visibilitas karya kita dan mendapatkan umpan balik lebih awal sehingga berpotensi untuk disitasi lebih awal juga. Bahkan, untuk jurnal yang tidak open-access sekalipun, jika jurnal tersebut menyediakan layanan preprint maka manuscript kita akan bersifat open-access selama masa proses review dilakukan. Beberapa peneliti merasa cemas untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka di preprint sebelum dipublikasikan. Mereka takut dikritisi atau khawatir ide-ide mereka dicuri. Kekhawatiran seperti ini terlalu berlebihan, setiap preprint sudah disertai dengan DOI saat ini.
Gunakan nama dan afiliasi yang konsisten di semua karya
Gunakanlah nama yang konsisten di setiap karya. Nama yang berbeda akan dihitung sebagai pengarang yang berbeda di setiap terbitan. Hindari menggunakan singkatan nama, apa lagi jika banyak nama yang mirip. Tulis nama lengkap secara konsisten untuk membedakan diri kita dengan peneliti lain yang memiliki nama yang mirip.
Hal yang sama juga berlaku untuk afiliasi. Untuk Universitas Andalas, tulislah Universitas Andalas secara konsisten, jangan yang lain seperti Andalas University, University of Andalas, dll. Penulisann nama afiliasi yang tidak konsisten tidak hanya berdampak bagi sitasi personal, tetapi juga jumlah sitasi institusi. Jika kita bagian dari laboratorium riset tertentu, maka sebaiknya afiliasi disertai dengan nama laboratorium karena hal tersebut dengan serta merta akan mencerminkan kepakaran kita.
Bentuk jaringan penelitian
Bekerja dalam sebuah jaringan penelitian akan memperkuat karya kita dan akan meningkatkan jumlah karya dan sitasi. Artikel yang ditulis oleh banyak penulis, memiliki sitasi lebih tinggi dibandingkan artikel dengan penulis tunggal. Artikel yang ditulis oleh pengarang dari banyak negara akan memiliki sitasi lebih tinggi daripada artikel yang ditulis oleh pengarang dari satu negara.
Tulis Review article dan Buku
Artikel ulasan (review article) lebih sering dikutip daripada artikel penelitian biasa (regular article). Menulis review article adalah cara yang bagus untuk memposisikan diri kita sebagai seorang ahli di bidang tersebut. Review article banyak dikutip karena cakupannya yang luas, sehingga menjadi sumber berharga bagi para peneliti yang ingin memahami kondisi terkini dari penelitian di bidang tertentu.
Menerbitkan buku dapat meningkatkan jumlah sitasi secara signifikan dan menjadikan kita ahli/pakar di bidang tersebut. Buku yang ditulis dengan baik memiliki cakupan yang komprehensif tentang suatu topik, akan menjadi rujukan bagi peneliti, mahasiswa, dan profesional lainnya.
Bagikan data penelitian
Berbagi data penelitian juga bisa meningkatkan sitasi. Hal ini meningkatkan transparansi dan reproduktifitas pekerjaan kita, memotivasi peneliti lain untuk menggunakan kembali hasil penelitian kita. Seringkali artikel kita hanya menampilkan gambar atau grafik, namun ketika peneliti lain ingin membandingkan hasil mereka dengan hasil kita, mereka tidak bisa melakukannya karena tidak adanya data dari gambar-gambar tersebut. Karena itu, membuat data penelitian kita dapat diakses akan sangat membantu dalam hal ini. Data dapat diletakkan di platform lain seperti figshare atau repositori lain; kemudian mengutip sumber data ini dengan benar dalam artikel kita. Cara lain adalah dengan mengunggah data tersebut sebagai file tambahan (supplementary files) dari artikel kita. Tentu, kita yang paling tahu, data mana yang layak untuk dibagi.
Kutip karya sendiri
Mengutip karya sendiri (self-citation) dalam setiap karya kita adalah sesuatu yang boleh dilakukan. Hal ini akan menunjukkan evolusi dari penelitian kita dari masa ke masa. Selain itu, mengutip karya sendiri akan membantu kita dalam menetapkan diri kita sebagai ahli di bidang itu, karena konsistensi dan keberlanjutan kita dalam meneliti topik tersebut.
Namun, kutipan sendiri tidak boleh digunakan secara berlebihan, pastikan bahwa artikel yang dikutip betul-betul relevan, dan tidak bertujuan untuk pabrikasi jumlah sitasi. QS World University Rankings tidak menghitung kutipan sendiri dalam menghitung rasio sitasi per dosen (Citations per Faculty).
Tulis judul dan abstrak yang menarik
Artikel dengan judul yang lebih pendek memiliki jumlah sitasi yang lebih tinggi. Selain itu, jumlah sitasi meningkat dengan penggunaan titik dua pada judul, tetapi menurun dengan penggunaan tanda tanya. Mengajukan pertanyaan kepada pembaca bukanlah strategi yang baik untuk meningkatkan jumlah sitasi.
Pilihan kata kunci juga perlu diperhatikan. Penggunaan kata kunci yang penting dan sering dicari, akan membuat karya kita lebih mudah ditemukan pada database pencarian. Kata kunci adalah bagian pertama dan terpenting dari search engine optimization (SEO). Jika diperlukan, untuk mendapatkan kata kunci yang tepat, kita bisa mengunakan alat bantu seperti Google Keyword Planner dan Keyword Tool. Selain memberikan pilihan-pilihan kata kunci, alat ini juga dapat memberikan ide tambahan tentang kata kunci terkait.
Hindari menyebutkan nama negara atau daerah pada judul dan kata kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian di tingkat negara atau lingkup yang lebih kecil kurang menarik bagi komunitas internasional dibandingkan dengan penelitian yang lebih luas pada subjek yang sama [3]. Hal ini tidaklah mengherankan, karena penyebutan negara atau daerah pada judul, secara tidak langsung kita sudah membatasi pembaca artikel kita pada orang yang riset terkait dengan negara atau daerah itu saja. Walaupun demikian, penyebutan nama negara atau daerah tetap ada sisi positivnya terutama bagi peneliti yang tertarik dengan kajian di negara atau daerah tersebut.
Penutup
Mendapatkan lebih banyak sitasi bukanlah tujuan akhir dari karya seorang akademisi. Sitasi hanyalah bentuk lain dari pengakuan karya kita oleh orang lain. Penelitian jangan sampai berhenti pada artikel ilmiah saja, tetapi bisa menghasilkan inovasi untuk mendorong pembangunan dan kemandirian bangsa. Tentu, hal ini bisa saja diawali dari karya ilmiah yang bermutu dan memiliki sitasi tinggi.
Referensi
- Corbyn, Z. An easy way to boost a paper’s citations. Nature (2010). https://doi.org/10.1038/news.2010.406
- Heßler, N., & Ziegler, A. (2022). Evidence-based recommendations for increasing the citation frequency of original articles. Scientometrics, 127(6), 3367-3381.
- Kousha, K., & Thelwall, M. (2024). Factors associating with or predicting more cited or higher quality journal articles: An Annual Review of Information Science and Technology (ARIST) paper. Journal of the Association for Information Science and Technology, 75(3), 215-244.
- Liskiewicz, T., Liskiewicz, G., & Paczesny, J. (2021). Factors affecting the citations of papers in tribology journals. Scientometrics, 126, 3321-3336.
- Nogrady, B. (2024). Tweeting your research paper boosts engagement but not citations. Nature.